Nikah Pakai Sarung(??)

sarung

13 Oktober 2008

Hari itu adalah hari yang membahagiakan untuk kakak saya, dimana pada saat itu dia akan melepas status gadis yang sudah di pegangnya selama 22 tahun. Aqad nikah dilaksanakan sore hari ba’da ashar, dan walimahannya dilaksanakan setelah maghrib. Tidak ada pesta besar-besaran, karena selain karena kakak saya tidak mau, kondisi abah saya yang baru sembuh pun menjadi alasan untuk hanya mengadakan syukuran saja.

Dan akhirnya tibalah juga saat dimana abah saya menikahkan putri pertamanya dengan calon kakak ipar saya, Anis Rahmawati dengan Muhammad Hanif Hakim. Ijab qabul berjalan dengan sukses, tidak ada acara tangis-tangisan karena memang semua bersuka cita atas pernikahan mereka.

Umumnya, pakaian yang dikenakan oleh mempelai ketika menikah adalah pakaian adat atau pakaian yang formal lah. Sang mempelai wanita memakai kebaya, sang mempelai laki-laki memakai setelan jas atau apa gitu. Tapi saat itu, si kakak ipar saya memakai pakaian yang belum pernah saya lihat dikenakan oleh calon mempelai laki-laki. Dia memakai sarung + jas. Hahahahaha, saya sempat tertawa ketika pertama kali melihat kakak ipar saya sore itu. Dalam hati saya sempat bertanya, “Nih orang niat nggak sih mo nikah??”. Hmm, sebenarnya bagus hanya saja body kakak ipar saya nggak cocok dengan setelan sarung  + jas yang dia pakai waktu itu (diem-diem aja yaa, jasnya kebesaran :D).

pernikahansaya dan adik mengapit kedua mempelai

Saya pun tak lupa mengundang para sahabat-sahabat saya untuk datang ke pernikahan kakak saya. Hanya saja saat itu bukan waktunya libur, jadi yang bisa datang hanya segelintir orang saja. Dan karena mereka yang datang cowok semua, saya merasa jadi perempuan paling feminim waktu itu. ^_^

pernikahansaya dan sahabat-sahabat saya bersama mempelai

Awalnya semua berjalan normal, sahabat-sahabat saya datang trus memberikan selamat kepada kakak dan kakak ipar saya. Mereka disana sampai acara selesai, dan ketika waktunya kami ngobrol. Akhirnya terjadilah percakapan dibawah ini, karena salah satu diantara mereka adalah mantan pacar saya (tebak sendiri yang mana orangnya :P).

Mereka : susah jok besok kalau kau nikah sama Dhe??

Dia : lah emang kenapa??

Mereka : la itu, pas ijab qabul pakai sarung. Padahal kau ndak bisa pakai sarung.

Dia : emang kalo nikah harus pakai sarung ya Dhe??

Saya : hahahaha, dodol kamu ni.

Mereka : bearti kau harus belajar lah *** pakai sarung, biar gek ndak mlorot pas ijab qabul. Hahahahaha 😀

Dia : kenapa ndak sekalian panitia dan tamu undangan juga pakai sarung??

Mereka : ide bagus itu

Mereka + Dia : hahahahahahaha 😀

Anggap saja seperti itu percakapan kami?? Bahasanya aneh yaa?? Maklumin aja, soalnya susah ternyata nerjemahin percakapan yang harusnya pake bahasa Palembang jadi bahasa Indonesia. Dan dari percakapan tersebut, saya makin menyadari bahwa menikah pakai sarung adalah hal yang masih langka di daerah saya. Soalnya kalau besok-besok diberlakukan perintah untuk menikah memakai sarung, kasihan si mempelai laki-laki. Karena selain dia harus sibuk menghapal bacaan saat ijab qabul, dia juga harus belajar untuk memakai sarung yang baik dan benar (bagi yang belum bisa pakai sarung). 😉

Tapi gara-gara sarung tersebut, keluarga kecil kakak saya sudah berhasil menambah 2 keturunan mereka dalam jangka waktu 3 tahun. Jadi sepertinya sarung memang pakaian paling ampuh pada saat dan setelah melangsungkan pernikahan, hehe. Kalau di tempat sobat sendiri bagaimana, apakah sering melihat mempelai laki-laki memakai sarung??

tulisan ini disertakan pada giveaway Berbagi Cerita Tentang Sarung yang diadakan oleh Kaka Akin

*91’91*

98 thoughts on “Nikah Pakai Sarung(??)

  1. Hehe… kalo di kota saya sih biasa banget tuh kalo nikah pake sarung 🙂
    Wah.. yang mana ya mantannya… Kalo tebakananku benar, dapat hadiah ya…? 😀

    Terima kasih sudah ikutan “Berbagi Cerita TEntang Sarung”
    Akan dicatat sebagai peserta 😀

  2. Saleum,
    busana yang unik dalam pernikahan dijaman sekarang sob, dikampung saya aja yg letaknya dipelosok aceh, pengantinnya pake celana hitam/putih panjang dan wanitanya juga. tapi itulah tradisi yang wajib dipertahankan seharusnya.
    saleum dmilano

  3. hahaha jadi pengen nih besok kalo nikah pake sarung.
    tapi emang hal tersebut merupakan hal yang langka di daerah saya (biasanya nikah memakai celana panjang)
    Kalo sarung untuk sholat, nyantai dan tidur itu sudah biasa

  4. Biasanya cuma buat hiasan sarungnya Dhe, dilipat setengah trus dipake di atas celana panjang gitu lho Dhe. Nah, sok atuh diajarinnya si mantan ituh cara pake sarung yg bener hahaha… *kabooor*

    Gudlak ngontesnya ya Neng 😉

  5. di jakarta kayaknya biasa dech nikah pake sarung…suamiku dulu pake sarung juga…tp sarung batik khusus utk pengantin…ngga melorot karena dipake-in gesper hehehe…

    sukses yach utk kontesnya…

  6. Saya pecinta dan kolektor sarung, hari2 saya selalu pakai sarung. Lebih nyaman gt.. Dan bukanya sombong, Harga sarung saya lebih mahal dari jeans yg saya punya hehe..Sarung why not!

  7. Hahaha… sangat lucu!!
    btw, pake sarung kan gampang sih, di ikat pake tali pinggang juga bisa kok..
    Saya juga orang yg termasuk gk bisa dan gak pede pake sarung.. hihi.. 😀

  8. wah yang mana mantan nya ya. yang paling pojok ya? hehe. sarung mah untuk semua kondisi emang mantap ya, tetep nyaman. mau santai atau resmi semuanya masuk lah. kalau di palembang pakai songket kan ya?

  9. Pingback: Maziya Rahma Hakim | Perjalanan Panjang

  10. salam kenal aq juga termasuk orang yang tergila-gila sama sarung.
    di mana pun dan kapanpun aq selalu pakai sarung.
    kecuali waktu kerja doang!!!!!!!

Leave a reply to Orin Cancel reply