Dear Pahlawanku – Surat Untuk Mbah

Palembang, 13 November 2011

Assalamu’alaikum..

Dunia hari ini cerah sekali mbah, secerah dengan keluarga mbah yang bahagia menunggu kepulangan mbah Uti dari Makkah. Baru saja ibu ngobrol dengan bulek Kanah, dan kabar bahagianya, bulek Kanah sekeluarga akan pulang ke Belitang menyambut kepulangan mbah Uti. Mungkin ini akan jadi kepulangan pertamanya tanpa sambutan mbah di rumah. Tapi semoga mbah bisa maklum kalau dulu anak ke-3 mbah tersebut tak bisa pulang di hari pemakaman mbah, jarak antara Ponorogo dan Belitang cukup jauh mbah.

Mbah sayang, hari ini juga tepat 1 tahun 4 bulan mbah pergi meninggalkan kami. Dan ntah kenapa mendadak hari ini Dhe ngerasa sangat kangen dengan mbah, semoga Al-Fatihah yang Dhe baca bisa mewakilkan rasa kangen Dhe. Ada yang berbeda sekarang, ketika Dhe main ke rumah mbah. Tak ada lagi sosok kakek yang selalu mengumbar senyum, tak ada lagi sosok yang biasanya tertidur manis di ranjang tua itu. Ahh, inilah takdir mbah. Kehidupan dan kematian memang bagai roda yang berputar, selalu saja datang silih berganti.

Pagi itu, harusnya Dhe pergi berlibur ke Lampung dengan sahabat-sahabat Dhe. Tapi mendadak jam 4 subuh ibu membangunkan Dhe dengan kabar yang belum pengen Dhe denger saat itu. Mbah meninggal pukul 3 pagi, dengan usia yang lebih dari 100 tahun. Saat itu mbah seperti sedang tertidur, hanya saja kulit mbah terasa lebih dingin dari yang biasanya. Dhe lega mbah, karena Dhe masih bisa mencium manja mbah sebelum akhirnya Dhe benar-benar kehilangan sosok kakek secara nyata. Dan mbah tahu, semua keluarga mbah ikhlas dengan kepergian mbah. Kami berusaha tegar meskipun sesekali masih ada air mata yang jatuh ke pipi.

Mbah adalah sosok ayah dan kakek yang luar biasa hebat. Mbah selalu berusaha menjadi pahlawan buat keluarga mbah, selalu melaksanakan kewajiban mbah sebagai suami, ayah dan kakek dengan sempurna. Bukan hanya petani biasa, tapi mbah adalah petani yang luar biasa hebat. Bahkan kalo bisa diperumpakan, sawah itu sudah seperti istri kedua mbah. Istri kedua?? Ahh bukan, istri keempat. Karena Mbah Uti adalah istri ketiga mbah. Mbah adalah petani yang ulet, petani yang selalu siap bekerja keras dibawah teriknya matahari. Dhe ingat, dulu kalau Dhe sedang liburan ke rumah mbah, Dhe selalu dapat jatah mengantar makanan untuk mbah disawah. Kadang Dhe suka mengeluh, karena tak tahan dengan panasnya matahari dikala siang, juga bagaimana beceknya keadaan sawah. Tapi Dhe tak pernah mendengar mbah mengeluh capek, mbah melakukan pekerjaan mbah dengan cinta, dengan senyum dan juga dengan semangat. Bahkan mbah terlihat sangat bangga ketika mbah memanggul cakul, atau memanggul karung-karung yang berisi padi di pundak mbah.

Bekerja keras di sawah tidak membuat mbah lupa waktu untuk beribadah. Mbah benar-benar panutan yang luar biasa hebat, tak salah kalau anak-anak mbah selalu saja membanggakan bapaknya di depan anak-anaknya. Setiap subuh, ashar, maghrib dan isya mbah selalu berusaha untuk bisa shalat berjama’ah di Masjid. Ya, cuma shalat dzuhur yang mbah kerjakan dirumah. Sayang mbah, tidak semua pekerja seperti mbah. Kadang ketika mereka sedang sibuk dengan kerjaannya, mereka melupakan kewajiban utama mereka sebagai hamba. Dan lagi-lagi, terimakasih karena mbah selalu saja mengingatkan Dhe untuk shalat. Satu pertanyaan yang selalu saja sering terdengar di keluarga kita, “Sudah shalat belum??”.

Mbah, sayang banget mbah pergi sebelum sempat melihat cucu ke-14 mbah. Ay sekarang sudah berumur 1 tahun mbah, dia sudah bisa berjalan dan sekarang dia pun sedang hobby makan sendiri. Dan mbah tahu, gaya makan Ay sama dengan gaya makan mbah dulu, sama-sama manyun kalo makan. Hahahaha, kalian lucu dan Ay terlihat sangat mirip dengan mbah kalo sedang makan. Dulu Dhe juga sering ngeledekin kalo mbah sedang makan, Dhe praktekin cara makan mbah dan akhirnya mbah pun cuma bisa tertawa melihat mulut manyun Dhe. Itu masa-masa yang indah mbah. Apalagi kalo melihat ekspresi marah mbah ketika semua cucu mbah sedang kumpul di rumah dan kami berisik, itu moment yang selalu membuat keluarga besar kita tertawa.

Istirahatlah yang tenang mbah, dan semoga semua kerja keras mbah, semua ibadah mbah bisa melapangkan kubur mbah di alam sana. Kami akan terus mengingatmu mbah, selalu. Meskipun sekarang tak ada lagi sosok mbah ditengah-tengah kami, tapi Dhe yakin kalo mbah selalu ada di dekat kami meskipun tak bisa terlihat oleh mata. Semoga kami bisa terus menjaga amanah mbah, menjaga keharmonisan keluarga besar kita. Dhe sayang mbah.

Dhenok Habibie

“Postingan ini diikutsertakan dalam Kontes Dear Pahlawanku yang diselenggarakan oleh Lozz, Iyha dan Puteri”

Sponsored by :

Blogcamp|LittleOstore|Tuptoday|Lozzcorner|Rumahtramoiey

*91’91*