Untukmu Saudaraku

Assalamu’alaikum..

Apa kabar?? Hmm, semoga Allah selalu melindungimu, selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan luar biasa untukmu. Sama sepertiku, aku juga selalu bahagia. Hanya saja aku masih canggung untuk menuliskan beberapa kata untukmu, maaf kalau kekakuanku masih terbaca jelas di surat ini.

Kau masih ingat dengan surat terakhir yang kau kirim?? Surat itu masih ku simpan, juga jilbab berwarna coklat yang kau hadiahkan di hari ulang tahunku. Aku bahagia, ya aku bahagia karena ternyata kau masih berusaha untuk tetap menjadi saudaraku. Bagaimana kau sekarang?? Ntah sudah berapa lama kita tak bertemu, toh kalau juga betemu kita mungkin sama-sama merasa kalau pertemuan itu tak lebih dari sebuah formalitas biasa. Maafkan aku, bukannya aku yang tak pernah bisa untuk memaafkan, tapi kau sendiri yang sudah membuat sakit yang teramat dalam.

Dulu kita selalu disebut sebagai pasangan yang serasi, sahabat paling akrab. Aku menyayangimu, bahkan aku sudah menganggapmu lebih dari saudara perempuanku sendiri. Terlalu banyak hal yang kita bagi bersama, dan bodohnya kita pun terlalu saling memasuki dunia kita tanpa batas sedikitpun. Ya, kita terlalu saling percaya. Meskipun kita hanya diam dan tak saling bertatap, ikatan yang dulu kita punya sudah termat kuat. Kita saling membutuhkan, kita saling bergantung satu sama lain. Dan semua itu bertambah sempurna ketika kita sempat hidup bersama selama 2 tahun. Tak ada lagi yang ditutupi, bahkan kita sudah saling mengetahui semua aib yang ada di lingkungan kita.

Tapi mendadak kau rusak semuanya, kenapa?? Kenapa kau harus cerita tentang semua itu kepada mereka?? Kenapa kau membuka lembaran hitam yang sudah ingin aku kubur?? Dan kau tahu apa yang sangat menyakitkan, kau menceritakannya dengan sangat santai. Dia mendatangiku malam itu, memaksaku untuk membuka rahasia yang seharusnya cuma aku dan kau saja yang tahu. Dia kecewa, tapi itu bukanlah hal penting lagi buatku. Terserah, terserah kalau mereka mendadak hilang dari hidupku, aku sama sekali tak peduli. Tapi kau?? Kemana kau setelah kejadian itu?? Kau bilang minta maaf, kau bilang menyesal, tapi kau tak pernah bicara langsung kepadaku. Itukah saudara?? Bukan!! Mungkin harusnya dulu aku yang mendatangimu dan kemudian menamparmu dengan sangat keras. Tentu saja kau akan terima dengan tamparan itu, dan semuanya pasti akan kembali seperti semula. Tapi saat itu aku terlalu menahan egoku, aku hanya bisa bilang kalau aku kecewa. Dan kau, kau hanya diam. Bodoh!!

Semuanya berubah, dan kau berhasil membuatku takut untuk menjalin persahabatan lagi. Aku tak perduli lagi dengan mereka, juga tak perduli lagi denganmu. Mungkin ketika nanti kau merasakan apa yang pernah aku rasakan, mendapati kenyataan bahwa sahabat terbaikmu mengkhianatimu, maka kau pasti akan memaklumi apa yang aku lakukan sekarang. Jujur aku tak pernah membencimu, aku hanya kecewa. Hubungan kita dulu sudah terlanjur sangat indah, persahabatan yang kita bangun pun sudah berubah menjadi persaudaraan. Aku masih tetap menyayangimu, masih tetap sering merindukanmu. Dan kau tahu, kadang aku masih berharap kalau kita masih bisa berbagi segala hal bersama lagi. Aku rindu ketika kita nangis bersama di tengah hujan, aku rindu ketika kita tertawa bersama di dalam hujan, aku rindu ketika kita saling mengkhawatirkan. Ah sial, mendadak aku ingat dengan sikapmu yang tetap bersamaku di ujung sekolah, tetap diam dan membiarkanku menuntaskan tangisku.

Tapi kenapa harus kau?? Kenapa kau, saudaraku sendiri yang harus melakukan itu?? Rahasiamu, ceritamu, semuanya masih kusimpan rapi hingga hari ini. Tapi kenapa kau yang melakukan itu padaku?? Ntah apa yang dipikiranmu saat itu, tapi aku kecewa, sangat kecewa. Aku memang masih butuh waktu lagi, bukan hanya aku tapi kita. Aku tau kau tersiksa, tapi kau juga harus tahu bahwa aku sangat tersiksa. Selama ini aku selalu berusaha untuk berdamai dengan semuanya, berdamai dengan kenyataan yang menyakitkan, juga berdamai dengan hati yang sudah terlanjur kau buat luka. Tapi ternyata susah, sangat susah. Maafkan aku, sebagai saudaramu harusnya aku juga bisa memaafkanmu. Tapi ah sudahlah, aku percaya kalau ini semua masih dalam skenarioNya. Ada pelajaran besar untuk kita, pengalaman hidup yang akan membuat kita menjadi lebih baik kedepannya.

Saudaraku, sekarang kita terpisah jarak yang cukup jauh. Keputusan kita untuk melangkah secara berlawanan, mungkin memang hal yang sangat tepat. Saat ini, kau sudah menjadi perempuan yang lebih baik. Jujur aku sedikit terpana ketika melihat kau dengan penampilan barumu, gaya berpakaianmu yang sudah lebih santun. Aku memang belum sepertimu, aku masih enjoy dengan gayaku yang sekarang. Tapi percayalah, aku pun sama sepertimu. Kita sama-sama belajar, belajar dari masa lalu yang kelam, belajar dari kenakalan remaja yang dulu pernah kita lakukan, belajar dari persahabatan manis yang dulu sama-sama kita rasakan, juga belajar untuk menjadi hamba yang lebih baik. Meskipun bukan sekarang, tapi semuanya akan kembali seperti dulu. Kita akan kembali menjadi sahabat, kita akan kembali menjadi saudara lagi.

Aku kembali merindukanmu saat ini. Memandang wajah centilmu, mengingat kejadian konyol yang pernah kita lakukan, semuanya membuatku ingin kembali memelukmu. Percayalah, aku hanya butuh sedikit waktu lagi untuk melupakan semua kecewa yang masih ku rasakan. Dan setelah ini, kitapun akan kembali menikmati hujan bersama. Hanya saja, kalau pada saat itu aku masih ingin menamparmu, biarkan saja. Biarkan aku untuk menuntaskan rasa kecewaku dengan tamparan itu. Tidak akan sakit, hujan akan menyamarkan rasa sakit yang saling kita rasakan. Hmm, kau pasti tertawa membaca bagian ini. Ah sudahlah, aku tak sanggup lagi bercerita lebih banyak. Selalu jaga kesehatan, selalu jaga hati. Meskipun tak ada interaksi secara nyata, tapi aku percaya kalau kita masih saling mengingat dan menjaga dalam do’a. Aku menyayangimu saudaraku, menyayangimu karena Allah.

Aku yang sedang mengingatmu,
.::inux::.

“Tulisan ini diikutkan pada GIVEAWAY :  Aku Sayang Saudaraku yang diselenggarakan oleh Susindra

*91’91*

115 thoughts on “Untukmu Saudaraku

      • foto bercermin di sendok aja (ga harus waja),objek lain juga gpp….itu juga masuk topik distorted kok…atau bayangan di atas air…hihihi,….#maksa

      • dhe udah ngamatin seluruh foto yang udah meramaikan distorted itu, tapi tetep aja kok yaa masih gk ngeh.. hehe.. susah susah pokoknya, hahahahaha.. lagian kagak ada di album mas, dan kalo mo foto lagi kameranya yang belum ada 😀

  1. Dhe.. terima kasih ya untuk surat indahnya. Semoga dia membacanya.
    Ah, pasti kalian sama-sama memiliki rasa sesal yang sangat dalam, ya. Mungkin sudah saatnya berbaikan. Karena duka memang untuk mendewasakan. Yuuuk… mulai berhubungan kembali dengan dia.
    Oia, terima kasih ya untuk partisipasinya. Salam hangat dari Jepara,

    Susindra

  2. Dhe.. bagus sekali tulisannya..
    Gak bisa komen nih, bingun mau komen apa.. terkadang Saudara yang dianggap dulur tapi malah menjadi musuh..
    walau bagaimanapun saudara ya saudara yang harus disayangi
    Good luck ya Dhe..

  3. Dan… ah iya sahabat atau saudara.
    Akhirnya kita tidak akan mengingat kata-kata musuh kita, tapi diamnya seorang sahabat. . .

    Semoga kalian dipertemukan kembali dan membangun kembali jembatan yang sudah reot diantara kalian. Amin ya rabbal alamin.
    dan good luck buat give awaynya dhe 🙂

  4. suart,,, sudah sekian lama gak baca surat…
    surat untuk sahabat kayanya ini bukan sekedar fiksi ya Dhe..??
    di kaca lemari kamar ada stiker bertuliskan “mencari kepercayaan itu mudah tapi menjaga kepercayaan itu yang susah”…
    seperti halnya teman Dhe yang sudah merusak kepercayaan Dhe terhadapnya, Dhe sendiri masih perlu waktu untuk kembali mempercayainya…

  5. Aaahhh….semoga saat saling mengikhlaskan itu segera datang ya Dhe, jadi kalian bisa bersaudara seperti sebelumnya lagi, walau pasti tak sama, karena kalian sudah bertumbuh menjadi lebih baik.

    Gudlak ngontesnya 😉

  6. Dhe….Ini pengalaman pribadi yach?

    aku juga dulu punya tetangga yang pertemanannya udah seperti saudara…bahkan lebih dr saudara…kemana2 selalu berdua…mgkin kayak dhe gini….. pada satu waktu…tiba2 mrk berantem… sampai orangtuanya ikut2an juga loch….itulah makanya kalau apa2 jangan terlalu…termasuk berteman juga jgn terlalu berlebihan…tetap jaga jarak supaya kalo ada konflik ngga terlalu sakiit…

  7. Inuxx?? hmm haruskah kupanggil kamu dengan sebutan itu?

    wuih.. surate rek.. adakalanya saling menjauh dulu diperlukan Dhe untuk sebuah persahabatan.. dengan tujuan saling introspeksi dan bisa timbul rasa kangen satu sama lain.

    semoga secepatnya kamu ketemu dengan saudaramu ya.. eh kenalin dong 😉

  8. Kreatif! hehehe 🙂

    Btw, memang GA ini mesti dalam bentuk surat ya Dhe? Tadi baca postingnya peserta lain juga dalam bentuk surat gitu formatnya, hehehe 🙂

  9. Hmm nice epilognya 🙂
    salah satu substansi dari din ini ialah bagaimana menjaga agar tidak pecah, tentunya dalam konteks hubungan persaudaraan..

  10. Oh dhe, dikau memang jagonya membuat orang terharu, minta tissue dong, hikss…

    Dhe, coba ada fotonya aku jadi bisa mencocokkan dengan wajah ‘centil’ itu, hehheeee…

    OOT:

    Kapan yo kita makan martabak HAR bareng 🙂

  11. yaa dimaafkan aja sahabatnya yang sudah seperti saudara sendiri. ada kalanya dia juga khilaf ya. tapi alhamdulillah sekarang sudah ada perubahan lebih baik, semoga kembali menjalin persaudaraan lagi yang indah ya, amin..

  12. Sedalem sungai Musi, Dhe …
    Apa masalahnya sudah diperbaiki sekarang?
    Kalau belum, saya siap jadi saksinya <— mohon abaikan 🙂

    Moga persahabatan kalian langgeng ya,
    yang lalu biarlah berlalu 😀

Leave a reply to Dhenok Habibie Cancel reply