Seuntai Do’a Untuk Abah

Ibu paling suka menceritakan kisah perjalanan cinta kalian, tentang ibu yang dulu pernah berharap kalau abah akan meninggal setelah hari pernikahan kalian. Hahahahaha, dan itu sangat lucu buat dhe. Apa abah tahu harapan ibu dulu itu?? Hmm, sepertinya tahu soalnya ibu terlalu sering menceritakan itu dan abah pun pasti mendengar. Abah diam saja, bahkan mungkin juga tertawa mendengar semua cerita ibu, dan mungkin abah memaklumi kenapa ibu sampai bilang seperti itu.

Saat itu, 13 Mei 1985. Ibu adalah kembang desa yang saat itu berusia 17 tahun, dan baru saja lulus dari sekolah menengah pertamanya. Sedangkan abah, abah adalah laki-laki dewasa berusia 29 tahun yang baru saja menginjakkan kaki di tanah Sumatera. Saat itu ibu memang tidak ingin menikah, ibu ingin melanjutkan lagi study-nya, ingin merasakan indahnya memakai seragam putih abu-abu seperti teman-temannya yang lain. Tapi mendadak abah datang, ntah bagaimana caranya tiba-tiba saja abah bisa bertemu dengan guru ngaji ibu, mbah Hadi. Hingga kemudian, mbah Hadi pun akhirnya menjodohkan abah dengan santri kesayangan beliau. Orang tua ibu pun setuju, dan ibu pun hanya bisa protes dalam hati. “Anak zaman dulu itu selalu nurut, ndak ada yang berani protes”, itu adalah alasan ibu kenapa dulu ibu menerima begitu saja perjodohan itu. Saat ibu abah sangat kurus, postur abah yang jangkung dan kurus itulah yang membuat ibu berpikir kalo besok setelah menikah abah akan segera meninggal. Tapi ibu benar, dhe liat di foto pernikahan kalian kalau abah dulu sangat kurus. Wajarlah kalau dulu ibu sempat berharap begitu, ditambah lagi karena ibu tidak suka dengan pernikahan tersebut. Hahahaha, ibu pasti akan sedikit tertawa lepas ketika menceritakan bagian ini, tertawa menceritakan harapan konyol yang pernah ibu ucapkan.

Tapi kemudian, ibu pun akan berseri malu melanjutkan cerita cinta kalian. Ibu selalu memuji abah yang romantis, abah yang sabar, abah yang lembut, abah yang baik. Ahh, dhe suka bagian ini. Dan akhirnya, ibu pun selalu bersyukur karena mempunyai suami seperti abah. Tapi, dhe agak rancu dengan pujian yang ibu sebutkan. Abah itu keras kepala, abah itu ngeyelan, abah juga emosian, bahkan abah pun tidak terlalu romantis. Hahahahaha, abah curang!! Kenapa hanya dengan ibu abah bisa bersikap semanis itu?? Dhe ingat, abah selalu kesal kalo melihat jilbab dhe berhamburan dirumah. Dan ketika abah complain trus dhe bilang, “Yee, itu jilbab ibu kok”, mendadak abah pun tidak melanjutkan kebawelan abah. Dan kalo dhe protes, abah pun hanya akan tertawa kecil. Hmm, abah memang lucu.

Diawal pernikahan kalian, kalian benar-benar memulai semuanya dari awal. Saat itu adalah masa-masa yang sulit untuk kalian, pindah kontrakan beberapa kali, dan bahkan dulu abah pun hampir membawa ibu untuk kembali ke Jogja. Tapi ibu menolak, ntahlah dhe lupa alasannya. Abah dulu hanyalah pegawai fotocopy dan guru ngaji di TPA dekat kontrakan. Bertahap, dan kemudian akhirnya abah pun menjadi guru di SMA negeri di kota kecil kita. Hingga pada tahun 1993, kita pun akhirnya keluar dari kontrakan yang sesak itu. Pindah ke rumah mungil yang lebih nyaman. Masih dengan menjadi guru, abah akhirnya merintis usaha menjadi agen koran. Dan hmm, itu adalah saat dimana akhirnya ibu berperan ganda. Ibu yang mengelola kios kecil kita tersebut. Menabung, menabung dan menabung, itu yang selalu ibu bilang. Hingga akhirnya, usaha kita pun maju. Bertahun-tahun, berbagai macam cobaan silih berganti, hingga kini abah dan ibu pun sudah merasakan manisnya perjuangan keras kalian. 17 tahun setelah kita menghuni rumah mungil tersebut, abah dan ibu pun akhirnya membangun sendiri sebuah bangunan yang sudah menjadi harapan kalian sejak dulu. Kalian sendiri arsiteknya, merancang dengan manis rumah yang kalian idam-idamkan.

Dan sekarang, sekarang kalian menikmati masa-masa indahnya. Ibu yang menjadi ibu rumah tangga, abah yang sudah lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Abah dan ibu yang selalu berbagi cinta dirumah, seolah merasakan lagi indahnya menjadi pengantin baru. Menikmati lagi masa-masa indah kalian mengasuh bayi-bayi mungil. Ya, sudah ada 3 bocah lucu yang selalu merengek minta perhatian dan sayang kalian. Bocah-bocah yang kadang membuat kalian bingung ketika menyebutkan panggilan, “abah atau akung, ibu atau mbah uti”. Itu adalah saat-saat yang indah, ketika Zizi dan Ay berebut pangkuan ibu, ketika Zizi dan Ay berlari mengejar abah yang sudah memegang kunci mobil. Hahahahaha, saat-saat itu sungguh indah, teruslah tertawa seperti itu bah + bu.

Hampir 27 tahun usia pernikahan kalian. Meskipun keributan kecil sering terjadi karena beda pendapat, tapi kalian selalu menghadirkan cinta setiap kalian sedang bersama. Orang tua hebat yang dhe punya, orang tua yang selalu dhe banggakan. Sangat sulit untuk mengucapkan dengan kata betapa dhe sangat mengagumi kalian. Ibu adalah sosok yang dhe inginkan ketika kelak dhe akan menjadi istri, perjuangan ibu untuk menjadi sosok menantu yang baik, kegigihan ibu ketika harus membantu mencari nafkah, semua tergambar dengan jelas. Sedangkan abah, ahh ntahlah, dhe selalu berharap kelak suami dhe mempunyai sedikit kesamaan dengan abah. Dan yang untuk satu ini, biarkan jadi rahasia dhe saja, persamaan apa yang dhe harapkan.

Selamat ulang tahun bah..

Sedikit perjalanan cinta abah dan ibu ini, semoga menjadi kado yang indah untuk abah. Saat ini abah tak lagi muda, sudah mulai kembali kurus seperti awal pernikahan abah dulu, tapi percayalah kalo abah masih menjadi sosok yang bersahaja. 55 tahun sudah usia abah kini, dan semoga abah masih mempunyai banyak waktu untuk dihabiskan bersama kami, melihat Ay tumbuh besar menjadi abah kecil. Jagalah selalu kesehatan bah!! Abah memang sangat bandel untuk urusan ini, dan wajar saja kalo ibu dan dhe sering memarahi abah. Dan hmm, semoga Allah selalu mencurahkan kasih sayangnya untuk abah, memberikan selalu yang terbaik untuk abah. Teruslah menjadi abah yang membanggakan, teruslah memberikan do’a do’a indah untuk kami, teruslah menjadi sosok yang selalu menginspirasi.

Pagi ini, dhe berharap kalo abah akan muncul di kamar dhe. Seperti biasa selalu mengetuk-ngetuk pintu hingga dhe kesel lalu bangun untuk mengambil air wudhu. Pagi ini, dhe berharap kalau abah akan mengulurkan tangan kembali, menarik tangan dhe yang sudah dhe julurkan kalau dhe masih sangat malas membuka mata. Pagi ini, dhe berharap kalo jendela kamar dhe mendadak terbuka, seperti biasa yang abah lakukan tiap pagi. Pagi ini, dhe berharap kalau abah akan merayu dhe, ikut serta jalan-jalan mencari sarapan. Pagi ini, dhe berharap bisa kembali ke dapur kita, membuatkan secangkir kopi untuk ibu dan teh tubruk untuk abah. Ahh, terlalu banyak khayalan dhe untuk pagi ini. Tapi akhirnya, pagi ini dhe lalui dengan menutup mata. Terlalu banyak kenangan manis kita di pagi hari bah, dan semuanya sedikit berat ketika kita tidak bisa melewatinya bersama di hari bahagia abah.

Selamat ulang tahun bah..

Peluk, cium, sayang dan rindu selalu dari dhe, disini.

*91’91*

74 thoughts on “Seuntai Do’a Untuk Abah

  1. tiap kali buka postingan di sini, yang selalu saya perhatikan justru endingnya dan bertanya tanya, “kontes apalagi yang sedang diikuti oleh Dhe”… tapi kali ini…. ga ada kontes sama sekali….:D murni bercerita tentang abahnya yang sedang berulang tahun… 🙂 panjang umur buat abahnya dan semoga senantiasa diberi kesehatan dalam hidupnya…:)

  2. Selamat ulang tahun Abah semoga Rahmat Allah senantiasa menyertai Anda dan keluarga. Abah bisa menghantarkan Dhe menuju gerbang pernikahan yang sebentar lagi akan tiba. Insya Allah mendapatkan jodoh yang seiman. Kapan rencana menengok kampung halaman di Jogja? Salam….

  3. Ikut mengucapkan selamat ulang tahun utk Abahnya Dhe… Tulisan yang manis ini pasti sesuatu banget untuk beliau. Selamat juga untukmu yg telah jadi anak kebanggaan mereka ya 🙂

  4. yeeee,, abah nya dhe ulang tahun,, 😀 selamat ulang tahun buat abahnya ya dhe,, semoga selalu jadi keluarga yg bahagia dan rukun serta sehat selalu,, amin,, 😀

  5. Ibu paling suka menceritakan kisah perjalanan cinta kalian, tentang ibu yang dulu pernah berharap kalau abah akan meninggal setelah hari pernikahan kalian

    kalian? mereka mungkin ya dhe?
    ah, selamat ulang tahun buat abahnya dhe 😀

  6. ahhh saya jadi inget bapak saya dhe….
    yang suka membangunkan jika azan subuh berkumandang, dan menyiram muka saya dengan air jika masih tidur…
    yang suka menyabet saya dengan ikat pinggang, gagang sapi, atau mengunci saya di kamar mandi jika saya nakal…
    hehehe..tapi saya tetap rindu..
    turut mendoakan abahnya dhe juga yah… semoga harapannya terkabul, bisa melihat cucu dari dhe..
    🙂

    • hahahaha, masa kecil penuh kenakalan yaa mas.. dhe pun pernah merasakan beberapa dari yang mas sebutkan diatas.. 😀

      waduuhh, kok udah sampe cucu aja sih.. serba salah dhe mo jawab apa..

  7. dhe ini dimana tho skarang? abahnya gak dipeluk beneran, cuma lewat tulisan, 😀
    ooh, gitu mengapa anak orang jawa ini besar di pulau seberang, hehe
    salam untuk ibu dan abah 😀

  8. Mba Dhenn..

    Cerita yang diceritakan akan serasa membuat kejadian yang telah lampau berputar kembali,. nyata dalam latar dan setting waktu..

    Semoa selalu hidup dalam sanubari..
    Cerita pun menjadikan inspirasi dan penyadaran bagi yang baru mengetahui..

  9. hiks….bunda ikut terharu membayangkan betapa cinta dan kasih sayang antara Abah dan Ibu, menghasilkan anak2 yg penuh cinta….

    Selamat ulang tahun, Abah ya Dhe……..
    semoga Abahnya Dhe selalu sehat dan hidup dlm barokah dan ridho NYA ,aamiin
    salam

  10. Pingback: Moment Indah di Januari | Perjalanan Panjang

Berkomentarlah dengan bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.. :)